TEORI-TEORI KOMUNIKASI INTERPERSONAL
1. Teori Tembusan Sosial (Social Penetration Theory)
- Altman & Taylor, 1973
- Proses menjalin hubungan
- Tahap cetek – tidak intim – pribadi
- Lebih banyak maklumat, lebih bersifat peribadi komunikasi
- Perkara luaran lebih kerap dan lebih awal diceritakan
- Pendedahan ada resiprokal utk perkongsian
- Tembusan cepat di prgkt awal, lambat di tengah
- Proses kebalikan tembusan
Teori ini menyatakan
dalam proses menjalin hubungan, komunikasi berubah daripada tahap cetek, tidak
intim kepada tahap yang lebih mendalam dan peribadi dalam jangka masa tertentu.
Dalam konteks ini proses komunikasi interpersonal adalah proses tembusan sosial
yang bertujuan untuk berkongsi maklumat tentang diri dengan pasangan
masingmasing. Menurut Altman dan Taylor, lebih banyak yang kita ketahui tentang
pasangan kita maka lebih peribadi sifat komunikasi kita.
Proses pembentukan
hubungan di antara dua individu dilihat oleh Altman dan Taylor sebagai proses
menembusi lapisan bawang besar. Bawang mengandungi lapisan luar atau kulit nipis,
diikuti dengan lapisanlapisan lain yang semakin ke dalam semakin kuat dan
padat. Begitulah juga dengan lapisan personaliti diri kita. Proses mengetahui
seseorang sebenarnya memerlukan kita menembusi kulit bawang supaya dapat masuk
ke lapisan bawah kulit dan seterusnya ke bahagian tengah bawang. Kita hanya
boleh mengetahui isi bawang selepas kita menembusinya. Malah kita boleh
mengetahui diri orang lain kalau kita dapat berkomunikasi dengannya supaya
proses pendedahan kendiri boleh berlaku seperti berikut :
(i)
Perkara luaran lebih kerap dan lebih
awal diceritakan kepada teman baru. Perbualan adalah pada tahap tidak formal.
(ii)
Pendedahan kendiri ada respirokal
(timbal balik) yang membolehkan perkongsian.
(iii)
Tembusan berlaku dengan cepat pada
peringkat awal perkenalan tetapi menjadi lambat selepas sampai ke lapisan yang
lebih tengah. Selalunya kita tidak suka bercerita tentang perkara yang lebih
peribadi. Pertahanan dalaman dan norma masyarakat melarang kita daripada
terlalu banyak bercerita tentang perkara peribadi dengan kenalan baru. Hubungan
selalu bertahan di tahap lama sebelum berubah ke tahap intim, sehingga ada
kalanya hubungan terhenti atau berakhir jika berlaku perpisahan ataupun
ketegangan.
(iv)
Proses kebalikan tembusan (depenetration)
adalah proses menarik diri dari satu lapisan ke satu lapisan sama seperti
dilalui pada peringkat tembusan.
2.Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty
reduction theory)
- Berger (1987)
- Orang tidak dikenali – tidak pasti
- Mengawal kemesraan dgn menambah pengetahuan
- Juga dikenali sebagai teori aksiomatik
- Fasa permulaan
- Fasa peribadi
- Fasa exit
Teori ini mengarah pada proses dasar dari bagaimana
kita meningkatkan pengetahuan tentang orang lain . Ketika kita menghadapi orang
asing, kita mungkin mempunyai keinginan yang kuat untuk mengurangi
ketidakpastian tentang orang tersebut. Dalam situasi seperti itu, kita
cenderung untuk tidak yakin tentang kemampuan orang lain untuk berkomunikasi
tentang tujuan atau rencananya. Berger memproses bahwa orang mempunyai waktu
yang sulit dengan ketidakpastian, bahwa mereka ingin mampu memperkirakan
tingkah laku, dan bahwa mereka termotivasi untuk mencari informasi tentang
orang lain. Tentu saja jenis pengurangan ketidakpastian ini adalah satu dari
dimensi utama dari pengembangan sebuah hubungan.
Asumsi Teori Pengurangan Ketidakpastian
- Orang mengalami ketidakpastian dalam latar interpersonal.
- Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stress secara kognitif.
- Ketika orang asing bertemu, perhatian umum mereka adalah untuk mengurangi ketidakpastian mereka atau meningkatkatkan prediktabilitas.
- Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang terjadi melalui tahapan-tahapan.
- Komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah seiring berjalannya waktu.
- Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang dengan menggunakan cara seperti hukum.
- Aksioma 1 Komunikasi verbal, meningkatnya level jumlah komunikasi verbal yang dilakukan ketika tengah berkomunikasi dengan orang asing atau orang yang tidak dikenal, maka akan mengurangi tingkat ketidakpastian. Hal ini menyatakan adanya kebalikan atau hubungan negative antara ketidakpastian dan komunikasi verbal.
- Aksioma 2 Kehangatan atau keakraban komunikasi non – verbal, ketika ekspresi – ekspresi non – verbal meningkat, situasi ketidakpastian akan semakin berkurang. pengurangan tingkat ketidakpastian, meningkatkan peningkatan ekspresi non-verbal.
- Aksioma 3 Pencarian informasi, tingginya tingkat ketidakpastian bisa meningkatkan upaya – upaya seseroang untuk lebih aktif lagi dalam mencari informasi. ketika situasi ketidakpastian itu mulai dihindari, maka proses pencarian informasi pun semakin berkurang.
- Aksioma 4 Tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam sebuah jalinan sebuah hubungan dapat mengurangi keintiman kualitas komunikasi. rendahnya situasi ketidakpastian dapat meningkatkan tingkat keintiman kualitas komunikasi.
- Aksioma 5 Pertukaran, ketidakpastian yang tinggi, dapat meningkatkan pertukaran informasi diantara mereka.
- Aksioma 6 Kesamaan, semakin banyak persamaan diantara mereka, semakin menurunkan tingkat ketidakpastian.
- Aksioma 7 Selera, selera akan semakin menurun jika situasi ketidakpastian cukup tinggi. sebaliknya selera akan semakin meningkat jika tidak ada kondisi ketidakpastian.
- Aksioma 8 Ketidakpastian berhubungan secara negative dengan interaksi dalam jaringan sosial. Makin orang berinteraksi dengan teman dan anggota keluarga dari mitra hubungan mereka, makin sedikit ketidakpastian yang mereka alami.
- Aksioma 9
Terdapat hubungan kebalikan atau negative antara ketidakpastian dan kepuasan komunikasi.
- Paul Watzlawick (1967)
- Memahami proses membentuk dan mengekalkan hubungan interpersonal.
- Interaksi sosial - Dysfunctional function keluarga
- Aksiom pola komunikasi keluarga
- Kita tidak boleh tidak berkomunikasi
- Manusia berkomunikasi secara analogik dan digital
- Komunikasi mengandungi isu dan hubungan
- Hubungan menerangkan kandungan (metacommunication)
4. Teori Disonan Kognitif (Cognitive dissonance theory)
Dikemukakan oleh Leon Festinger, (1957), selama bertahun-tahun, teori
disonansi kognitif menghasilkan sebuah kuantitas penelitian yang sangat banyak
dan buku kritisisme, interpretasi dan ekstrapolasi. Teori ini dimulai dengan
gagasan bahwa pelaku komunikasi memiliki beragam elemen kognitif seperti sikap,
persepsi, pengetahuan dan perilaku. Seluruh elemen tersebut tidak bisa
terpisahkan, tapi saling berhubungan dalam sebuah sistem setiap elemen dari
sistem tersebut akan memiliki satu dari tiga macam hubungan dengan setiap
elemen dari sistem lainnya. Jenis hubungan pertama adalah kosong atau tidak
berhubungan. Jenis hubungan kedua, adalah cocock (sesuai), dengana salah satu
elemen yang menguatkan ataua mendukung elemen yang lain.
Jenis hubungan ketiga adalah tidak
cocok (disonansi). Ketidakcocokan terjadi dengan salah satu elemen tidak
diharapkan untuk mengikuti yang lain. Ada dua dasar pemikiran yang menolak
teori disonansi. Pemikiran pertama, disonansi menghasilkan ketegangan atau
tekanan yang menciptakan keharusan untuk berubah. Dasar pemikiran kedua secara
ilmiah mengikuti logika pemikiran pertama; di mana ketika disonansi hadir,
individu bukan hanya akan mencoba untuk mengurainya, tetapi juga akan
menghindari situasi-situasi adanya disonansi lain yang akan dihasilkan. Semakin
besar disonansinya, semakin besar pula kebutuhan untuk menguranginya. Festinger
memberikan 5 metoda menghadapi disonansi kognitif. Pertama, Anda dapat mengubah
salah satu atau beberapa elemen kognitif (perilaku atau sikap). Kedua,
elemen-elemen baru dapat ditambahkan pada salah satu sisi tekanan atau pada
sisi yang lain.
Ketiga, kita dapat melihat bahwa
elemen-elemen yang tidak sesuai sebenarnya tidak sepenting biasanya. Keempat,
kita dapat melihat informasi yang sesuai, dengan membaca kajian-kajian terbaru
mengenai sebuah topik. Kelima, mengubah atau menafsirkan informasi yang ada
dengan cara yang berbeda. Jumlah disonansi yang dialami sebagai hasil sebuah
keputusan bergantung pada 4 variabel. Yakni kepentingan keputusan, ketertarikan
pada alternatif yang dipilih, semakin besar ketertarikan yang dirasakan dari
alternatif yang dipilih, semakin besar disonansi yang akan dirasakan, dan
terakhir, keterpaksaan atau diperintahkan untuk melakukan atau mengatakan
sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan atas nilai-nilai pribadi.
Teori disonansi menyatakan, semakin
sulit permulaan seseorang masuk ke sebuah kelompok, semakin besar komitmen
terhadap kelompok tersebut. Teori disonansi lain juga menyatakan, semakin besar
jumlah upaya yang dikerahkan seseorang dalam sebuah tugas, orang tersebut akan
merasionalisasikan nilai tugas tersebut.
5. Teori Komunikasi
Simbolik (Interactionism Symbolic Theory)
Dikemukakan
oleh George H. Mead, pentingnya komunikasi bagi kehidupan dan interaksi social melalui
makna yang diciptakan. Adanya kekaguman terhadap kemampuan manusia dalam menggunakan
symbol sesuai dengan makna yang muncul dari situasi tertentu.
Hal-hal yang penting dalam teori ini:
- Makna (Meaning)
- Setiap individu akan berusaha membentuk makna yang sama melalui proses komunikasi.
- Makna yang diberikan merupakan hasil dari proses komunikasi.
- Individu akan bertindak sesuai dengan makna yang diberikan oleh orang lain kepadanya.
- Konsep Diri (Self Concept)
ü Berawal dari diri sendiri
ü Timbul pertanyaan “Siapakah Saya ?”
ü Adanya sense of self
ü Berkembang melalui interaksi
ü Adanya prediksi pemenuhan diri (Self Fulfilling Prophecy)
·
Interaksi
ü Hubungan antara individu dan masyarakat
1. Orang dan kelompok dipengaruhi oleh
proses social budaya : asumsi yang mengakui norma-norma social membatasi
perilaku individu.
2. Struktur sosial dihasilkan melalui
interaksi sosial : asumsi yg mempertanyakan pandangan bahwa individu dapat
memodifikasi situasi sosial.
Teori Mead
sangat mengacu pada tiga aspek utama yakni Mind, Self and Society. Ketiga hal
ini sangat berhubungan satu sama lain.
Mind
(Pikiran), merupakan kemampuan menggunakan symbol-simbol, baik secara verbal
maupun non verbal dimana symbol-simbol ini memiliki makna yang sama. Ada tiga
hal utama dalam konsep pemikiran ini, yakni bahasa, pemikiran dan pengambilan
peran.
Ø Bahasa (Language), salah satu sarana
untuk melakukan suatu interaksi dengan orang lain. Bahasa ini dapat berupa
symbol-simbol, baik verbal maupun non verbal. Dengan bahasa, dapat terjadi
suatu pertukaran makna atau symbol signifikan. (symbol signifikan: symbol yang
mempunyai makna yang sama bagi semua orang).
Ø Pemikiran(Thought) : Percakapan di
dalam diri seseorang (Mead), tanpa rangsangan sosial dan interaksi dengan orang
lain, orang tidak akan mampu mengadakan pembicaraan dalam dirinya sendiri.
Ø Pengambilan Peran(Role Taking) :
kemampuan secara simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam khayalan orang
lain. Disebut juga pengambilan persfektif.
Diri (Self)
> Kemampuan untuk merefleksikan diri
sendiri dari perspektif orang lain.
>Cermin diri (looking-glass self) :
kemampuan diri kita melihat diri kita sebagaimana diri kita dilihat oleh orang
lain.
>Atau pantulan penilaian (reflected
appraisals) : persepsi orang bagaimana orang lain melihat mereka.
> Efek Pigmalion : hidup di atas atau
di bawah harapan orang lain mengenai kita.
Masyarakat
Mead, jejaring sosial yang dinamis. Dua bagian
pending masyarakat mempengaruhi pikiran dan diri (Mead) :
> Orang lain secara khusus (particular
others), individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita.
> Orang lain secara umum (generalized
others), cara pandang dari suatu kelompok sosial/budaya sebagai satu
keseluruhan. Disebut juga sikap dari keseluruhan komunitas.
KRITIK TERHADAP TEORI
Teori
Interaksi Simbolik merupakan teori yang telah mengakar selama 60 tahun. Dari
grand teori ini telah dikembangkan berbagai macam teori lain. Teori ini
menonjolkan pengenalan diri dan mengenal diri dalam masyarakat.
Kritik utama pada ruang lingkup,
kegunaan dan kemungkinan pengujian.
KRITIK
Ruang
lingkup yang terlalu luas, yang menyangkut proses pembentukan makna perilaku
luas yang mencakup kehidupan secara luas. Teori akan menjadi tidak jelas dan
akan susah diaplikasi dalam kehiduapan sehari-hari. Selain itu, dua alas an
utama bahwa teori ini tidak berguna, yaitu terlalu focus terhadap individu dan
melupakan konsep-konsep lainnya seperti seperti emosi dan penghargaan diri.
5. Teori Kontruktifisme (Constructivism Theory)
Dikemukakan oleh Miller, 2005 : 105.
Adalah pendekatan secara teoritis untuk
komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan
rekan-rekan sejawatnya. Teori kontruktivisme menyatakan bahwa individu
menginterprestasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran.
Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara
pandang orang terhadap realitas tersebut. Kontruktivist melakukan pendekatan
pemahaman produksi pesan dimulai dari system kognitif individu.
George Keely dalam Ardianto (2007 :
158) menegaskan cara pandang pemahaman pribadi seseorang dilakukan dengan
pengelompokan peristiwa menurut persamaan dan perbedaannya. Perbedaan ini
menjadi dasar penilaian ihwal system kognitif individual bersifat pribadi dan
karenanya berbeda dengan kompleks. Individu yang cerdas secara kognitif dapat
membuat banyak perbedaan dalam satu situasi disbanding orang yang secara
kognitif. Differensiasi ini mempengaruhi bagaimana pesan menjadi kompleks.
Delia dan koleganya kemudian menegaskan hubungan antara
kompleksitas kognitif dengan tujuan dari pesan. Pesan sederhana hanya memiliki
satu tujuan sementara pesan kompleks memiliki banyak tujuan. Dalam komunikasi
antarpersona pesan-pesan sederhana berupaya mencapai keinginan satu pihak saja
tanpa mempertimbangkan keinginan orang lain. Sementara pesan kompleks dirancang
memenuhi kebutuhan orang lain pada pesan kompleks inilah komunikasi
antarpersona dapat tercipta. Kontruktivisme dengan demikian dapat dikategorikan
komunikasi yang berpusat pada orang (komunikasi berbasis diri) dan
differensiasi kognitif menunjukan adanya desain pesan.
6. Teori Penilaian Sosial (Social Assessment Theory)
Dikemukakan
oleh Sherif dan Hovland (1961), mencoba menggabungkan sudut pandangan
psikologi, sosiologi dan antropologi.mereka mengatakan bahwa dalil yan mendasar
dari teorinyaini adalah oan yang membentuk situasi yang penting buat dirinya.
Jadi ia tidak ditentukan oleh factor intern (sikap, situasi dan motif) maupun
ekstern (obyek, orang-orang dan lingkungan fisik). Interaksi dan factor intern
dan ekstern inilah yang menjadi kerangka acuan dari setiap perilaku. Pasokan-pasokan
inilah yang dianalisis oleh Sherif dalam teorinya dan dicari sejah mana
pengaruhnya terhadap penilaian social dilakukan oleh individu.
Jadi
teori penilaian social ini khususnya mempelajari proses psikologis yang
mendasari pernyataan sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Anggapan
dasarnya adalah bahwa dalam menilai manusia membuat deskripsi dan kategorisasi
khusus. Dalam kategorisasi manusia melakukan perbandingan-perbandingan diantara
berbagai alternatifyang disusun oleh individu untuk menilai stimulus-stimulus
yang dating dari luar.
Oleh
karena itu kita harus memahami penilaian social dari segi:
·
Skala Penilaian
Dalam hal ini bagaimana terjadinya
penilaian pada diri individu, Sherif mengemukakan bahwa dalam percobaannya dia
memberikan sejumlah benda dan setiap benda itu menyatakan mana yang lebih berat
dan mana yang lebih ringan.
Disitulah jelas sifat yang akan
dinilai dan makin jelas patokan-patokan yang akan disusun agar penilaiana makin
mantap. Misalnya orang diberikan barang/benda yang dapat ditimabang yang
beratnya bervariasi antara 5-100gram. Dan orang percobaan tersebut disuruh
menetapkan 50gram sebagai patokannya, maka menggolongkan benda yang brat dan
yang ringan ini stabil sebaliknya kalau sifat yang ditimbang itu meragukan dan tidak
ada patokan jelas, maka penilaian akan labil.
·
Efek asimilsi dan kontras
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang orang-orang haruse menggunakan patokan-patokan diluar batas-batas yang diberikan oleh stimulus yang ada. Efek dari patokan ini bergantung dari jauh dekatnya patokan dari stimulus. Jadi penilaian yang mendekati patokan disebut asimilasi. Yaitu patokan yang dimasukkan kedalam rangkaian stimulus dalam batas rangkaian stimulus diperbesar. Sehingga mencakupi paotkan. Dan penilaian yang menyalahi patokan disebut kontras.
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang orang-orang haruse menggunakan patokan-patokan diluar batas-batas yang diberikan oleh stimulus yang ada. Efek dari patokan ini bergantung dari jauh dekatnya patokan dari stimulus. Jadi penilaian yang mendekati patokan disebut asimilasi. Yaitu patokan yang dimasukkan kedalam rangkaian stimulus dalam batas rangkaian stimulus diperbesar. Sehingga mencakupi paotkan. Dan penilaian yang menyalahi patokan disebut kontras.
·
Garis lintang penerimaan, penolakan dan
ketidakterlibatan
Perbedaan akan variasi antara individu akan mendorong timbulnyakonsep-konsep tentang garis-garis lintang. Garis lintang penerimaan adalah rangakaian posisi sikap yang dapat diberikan, diterima dan ditolerir oleh indivudu. Garis lintang penolakan adalah rangkaian posisi sikap yang dapat tidak diberikan , tidak dapat diterima dan tidak bias ditolerir oleh indivudu. Garis lintang ketidak terlibatan adalah posisi-posisi yang termasuk dalam lintang yang pertama. Jari garis-garis lintang ini akan menentukan sikap indiviru terhadap pernyataan dalam situasi tertentu.
Perbedaan akan variasi antara individu akan mendorong timbulnyakonsep-konsep tentang garis-garis lintang. Garis lintang penerimaan adalah rangakaian posisi sikap yang dapat diberikan, diterima dan ditolerir oleh indivudu. Garis lintang penolakan adalah rangkaian posisi sikap yang dapat tidak diberikan , tidak dapat diterima dan tidak bias ditolerir oleh indivudu. Garis lintang ketidak terlibatan adalah posisi-posisi yang termasuk dalam lintang yang pertama. Jari garis-garis lintang ini akan menentukan sikap indiviru terhadap pernyataan dalam situasi tertentu.
·
Pola penerimaan dan penolakan
Jika seorang individu melibatkan
sendiri dalam situasi yang dinilainya sendirimaka ia akan menjadi patokan. maka
makin tinggi ia terliat makin tinggi pula dan sedikait hal-hal yang ditermanya.
Sebalikanya ambang penolakan semakin rendah sehingga makin banyak hal-hal yang
tidak bias diterimanya.
·
Penilaian social dan penilaian sikap
Komunikasi menurut Sherif dan holand bisamendekatkan sikap individu dengansikap orang lain.tetapi bias juga menjahui orang lain. Hal ini tergantung dari posisi awal tersebut terhadap individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan semakin memperjelas persamaan-persamaan diantara mereka dan sehingga terjadilah pendekatan. Tetapi sebaliknya, jika posisi awal saling berjauhan, maka komuniksi akan mempertegas perbedaan dan posisi mereka akan saling menjahui.
Komunikasi menurut Sherif dan holand bisamendekatkan sikap individu dengansikap orang lain.tetapi bias juga menjahui orang lain. Hal ini tergantung dari posisi awal tersebut terhadap individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan semakin memperjelas persamaan-persamaan diantara mereka dan sehingga terjadilah pendekatan. Tetapi sebaliknya, jika posisi awal saling berjauhan, maka komuniksi akan mempertegas perbedaan dan posisi mereka akan saling menjahui.
7. Teori Kemungkinan
Elaborasi (elaboration likelihood theory)
Richard
Petty dan John Cacioppo adalah tokoh-tokoh yang mengembangkan teori kemungkinan
elaborasi (elaboration likelihood theory/ELT), mencoba memahami semua
perbedaan yang ada. ELT adalah teori persuasi karena teori ini mencoba untuk
memprediksi kapan dan bagaimana Anda akan dan tidak akan terbujuk oleh pesan.
Teori ini mencoba untuk menjelaskan dengan cara berbeda di mana Anda
mengevaluasi informasi yang Anda terima. Kadang juga, Anda mengevaluasi pesan
dalam cara yang rumit, menggunakan pemikiran yang kritis, dan kadang-kadang
Anda melakukannya dengan cara yang lebih sederhana dan cara yang kurang kritis.
Ada
dua rute untuk mengolah pesan, rute sentral dan periferal. Elaborasi atau
berfikir kritis terjadi pada rute sentral, sementara ketiadaan berpikir secara
kritis terjadi pada rute periferal. Dengan demikian, ketika Anda mengolah
informasi melalui rure sentral, Anda memikirkan secara aktif dan
mempertimbangkannya berlawananan dengan yang telah Anda ketahui, Anda
menanggapi semua argumen dengan hati-hati. Jika sikap Anda berubah hal tersebut
mengarahkan Anda pada perubahan relatif kekal dan memengaruhi bagaimana Anda
berperilaku sebenarnya.
Ketika
kita mengolah informasi melalui rute periferal, Anda akan sangat kurang kritis.
Perubahan apapun yang terjadi, kurang berpengaruh pada bagaimana Anda
bertindak. Namun, karena kecenderungan elaborasi adalah sebuah variabel, Anda
akan menggunakan kedua rute tersebut sampai taraf tertentu, bergantung pada
seberapa besar keterkaitan personal isu tersebut terhadap Anda.
Sumber : Dari Berbagai Sumber