Seminar 9 Hubungan Internal 'Komunikasi Formal dan Informal'
Komunikasi Formal dan Informal
Pengertian Komunikasi Formal , Informal , dan Non Formal
Komunikasi formal adalah suatu proses komunikasi yang
bersifat resmi dan biasanya dilakukan di dalam lembaga
formal melalui garis perintah atau sifatnya instruktif ,
berdasarkan struktur organisasi oleh pelaku yang berkomunikasi
sebagai petugas organisasi dengan status masing - masing
yang tujuannya menyampaikan pesan yang terkait dengan
kepentingan dinas . Suatu komunikasi juga dapat dikatakan
formal ketika komunikasi antara dua orang atau lebih
yang ada pada suatu organisasi dilakukan berdasarkan
prinsip - prinsip dan struktur organisasi .
Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang
ada dalam suatu organisasi , akan tetapi tidak
direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi .
Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara
hubungan sosial persahabatan kelompok informal , penyebaran
informasi yang bersifat pribadi dan privat seperti isu ,
gossip , atau rumor . Tentang komunikasi informal
sebaiknya tidak dilakukan berdasarkan informasi yang masih
belum jelas dan tidak akurat , carilah sumber informasi
yang dapat dipercaya , selalu gunakan akal sehat dan
bertindak berdasarkan pikiran yang positif . Informasi dalam komunikasi informal biasanya timbul
melalui rantai kerumunan di mana seseorang menerima
informasi dan diteruskan kepada seseorang atau lebih dan
seterusnya sehingga informasi tersebut tersebar ke berbagai
kalangan . Implikasinya adalah kebenaran informasi
tersebut menjadi tidak jelas atau kabur . Meski demikian
komunikasi informal akan untuk memenuhi kebutuhan sosial ,
mempengaruhi orang lain , dan mengatasi kelambatan
komunikasi formal yang biasanya cenderung kaku dan harus
melalui berbagai jalur terlebih dahulu .
Komunikasi non
formal adalah proses komunikasi yang berada di antara
yang formal atau resmi dengan yang tidak resmi atau
informal . Komunikasi jenis ini biasanya berupa komunikasi
yang berhubungan dengan hubungan pribadi .
Organisasi Formal dan Informal
Pengertian / Definisi Organisasi Informal dan Organisasi Formal
Organisasi Formal
1. Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan
diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang
rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada
suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu
sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-
rame dengan teman, dan lain-lain
Adapun struktur organisasi formal
Argiyris mengemukakan empat bidang utama dimana bidang organisasi formal dan informal berbeda :
1. Hubungan-hubungan antar pribadi. Hubungan-hubungan antar pribadi
didalam organisasi formal digambarkan jelas, sedangkan
dalam organisasi informal tergantung pada kebutuhan-kebutuhan mereka.
2 Kepemimpinan. Para pemimpin dirancang dan ditentukan
dalam formal serta muncul dan dipilih dalam informal.
3. Pengendalian perilaku. Organisasi formal mengendalikan perilaku
karyawan melalui penghargaan dan hukuman, sedangkan kelompok informal
mengendalikan para anggota dengan pemenuhan kebutuhan.
4. Ketergantungan. Karena kapasitas pemimpin formal terletak pada
penghargaan dan hukuman, bawahan-bawahan lebih tergantung dari pada para
anggota suatu kelompok informal.
Walaupun ada perbedaan tersebut adalah suatu kesalahan bila menganggap
kelompok formal dan informal sebagai dua kesatuan organisasi yang
terpisah. Keduanya hidup bersama dan tidak dapat dipisahkan setiap
organisasi formal selalu mempunyai organisasi informal dan setiap
organisasi informal brkembang dalam berbagai tinkatan formal.
1. Organisasi Lini (Line Organization)
Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan wewenang terdapat
perbedaan yang tegas antara pimpinan dan pelaksanaan. Peran pimpinan
dalam hal ini sangat dominan dimana semua kekuasaan di tangan pimpinan.
Oleh sebab itu dalam pelaksanaan kegiatan yang utama adalah wewenang
dan perintah.
Memang bentuk organisasi semacam ini, khususnya didalam
institusi-institusi yang kecil sangat efektif karena
keputusan-keputusan cepat diambil dan pelaksanaan keputusan juga cepat.
Kelemahannya jenis organisasi semacam ini kurang manusiawi,
lebih-lebih para pelaksana tugas bawahan hanya dipandang sebagai robot
yang senantiasa siap melaksanakan perintah.
2. Organisasi Staf (Staff Organization)
Dalam organisasi ini, tidak begitu tegas garis pemisah antara pimpinan
dan staf pelaksana. Peran staf bukan sekedar pelaksana perintah
pimpinan namun staf berperan sebagai pembantu pimpinan. Bentuk
organisasi semacam ini muncul karena makin kompleksnya masalah-masalah
organisasi sehingga pimpinan sudah tidak dapat lagi menyelesaikan
semuanya dan memerlukan bantuan orang lain (biasanya para ahli) yang
dapat memberikan masukan pemikiran-pemikiran terhadap masalah-masalah
yang dihadapi.
Meskipun organisasi ini lebih baik dari yang pertama karena
keputusan-keputusan dapat lebih baik namun kadang-kadang
keputusan-keputusan tersebut akan memakan waktu yang lama karena
melalui perdebatan-perdebatan yang kadang-kadang melelahkan.
3. Organisasi Lini dan Staf
Organisasi ini merupakan gabungan kedua jenis organisasi yang terdahulu
disebutkan (line dan staf). Dalam organisasi ini staf bukan sekedar
pelaksana tugas tetapi juga diberikan wewenang untuk memberikan masukan
demi tercapainya tujuan secara baik. Demikian juga pimpinan tidak
sekedar memberikan perintah atau nasehat tetapi juga bertanggung jawab
atas perintah atau nasehat tersebut.
Keuntungan organisasi ini antara lain ialah keputusan yang diambil oleh
pimpinan lebih baik karena telah dipikirkan oleh sejumlah orang dan
tanggung jawab pimpinan berkurang karena mendapat dukungan dan bantuan
dari staf.
Contoh sederhananya lihat bagan organisasi lini dan staf dibawah ini.
Dalam kehidupan sehari-hari apabila unit kerja (departemen, perusahaan
dan sebagainya) akan melaksanakan suatu rencana tidak selalu langsung
diikuti oleh penyusunan organisasi baru. Struktur organisasi itu
biasanya sudah ada terlebih dahulu dan ini relatif cenderung permanen,
lebih-lebih struktur organisasi departemen.
Disamping itu unit-unit kerja tersebut dijabarkan kedalam unit-unit
yang lebih kecil dan masing-masing unit-unit kerja yang lebih kecil ini
mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda-beda (dirjen, direktorat,
bidang, seksi, devisi, dan sebagainya). Masing-masing unit kerja
tersebut sudah barang tentu akan menyusun perencanaan dan
kegiatan-kegiatan. Untuk pelaksanaan rencana rutin cukup oleh staf yang
ada sehingga tidak perlu menyusun organisasi baru.
Apabila rencana atau kegiatan tersebut tidak dapat ditangani oleh
struktur organisasi yang telah ada biasanya dibentuk, misalnya panitia
tim kerja (kelompok kerja), komisi dan sebagainya.
Aliran Komunikasi Formal dalam Organisasi
Aliran
komunikasi formal dalam organisasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu
dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, horisontal dan diagonal.
- Komunikasi
dari atas ke bawah (downward communication). Komunikasi dari atas ke
bawah merupakan aliran komunikasi dari tingkat atas ke tingkat bawah
melalui hirarki organisasi. Bentuk dari aliran komunikasi ini misalnya
prosedur organisasi, instruksi tentang bagaimana melakukan tugas, umpan
balik terhadap bawahan dan sebagainya.
- Komunikasi dari bawah ke atas. Komunikasi dari bawah ke atas
dirancang untuk menyediakan umpan balik tentang seberapa baik organisasi
telah berfungsi. Bawahan diharapkan memberikan informasi tentang
prestasinya dan praktek serta kebijakan organisasi.
- Komunikasi Horisontal. Komunikasi horisontal merupakan aliran
komunikasi kepada orang-orang yang memiliki hirarki yang sama dalam
suatu organisasi.
- Komunikasi Diagonal. Komunikasi diagonal merupakan aliran komunikasi
dari orang-orang uang memiliki hirarki yang berbeda dan tidak memiliki
hubungan wewenang secara langsung.
Peranan Komunikasi Informal
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:
keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah
kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi
kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi
tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar